Jumat, 01 Mei 2015

HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN KEJADIAN ISPA DI KELURAHAN BENER, TEGALREJO, YOGYAKARTA, TAHUN 2014

Deavita Intan Pradani*, Sri Muryani**, Achmad Husein**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: deavitaintanpradani@gmail.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

As the medium for life development and the place for family member to get on together spending most of their times, a house shoud be healthy and comfortable. Unhealthy house is closely rela-ted with the increase of ARI incidence, which is included in the top 10 diseases among the ser-vice area of Tegalrejo Community Health Centre. A preliminary survey held in Kelurahan Bener, showed that 39% houses were identified unhealthy, 53% less healthy, and only 8% were healthy. This study were aimed to determine the relationship between house physical environment condi-tion and ARI incidence in that kelurahan by conducting a retrospective case-control study. Mem-ber of the case group were 30 new ARI cases sought for medication to the community health centre who were sampled randomly; meanwhile as the control group, 30 non-ARI close neighbors who have similar characteristics with each case were selected. The observation of the physical condition parameters, i.e. ventilation width, and indoor temperature, humidity and lighting, was using proper instruments and were averaged from three measurements. The results show that the parameters under study which have significant association with ARI incidence are: indoor hu-midity (OR: 3,82; 95% CI: 1,15-12,71; p-value: 0,024) and indoor lighting (OR: 4,00; 95% CI: 1,37-11,70; p-value: 0,009); meanwhile, those which are not related, are ventilation width (OR: 1,80; 95% CI: 0,39-8,32; p-value: 0,448) and indoor temperature (OR: 3,79; 95% CI: 0,75-10,33; p-value: 0,117).      
    
Keywords : house physical condition, ventilation width, indoor temperature, indoor humidity
                    indoor lighting, acute respiratory infection

Intisari

Sebagai sarana pengembangan kehidupan dan tempat berkumpul anggota keluarga untuk meng-habiskan sebagian besar waktu, rumah harus nyaman dan sehat. Rumah yang tidak sehat erat kaitannya dengan peningkatan kejadian ISPA. ISPA masuk dalam 10 besar penyakit di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo. Hasil survei pendahuluan di Kelurahan Bener diperoleh hasil 39 % rumah tidak sehat, 53 % kurang sehat, dan hanya 8 % yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA di kelurahan tersebut dengan melakukan studi kasus kontrol. Kelompok kasus adalah rumah 30 kasus baru ISPA yang datang berkunjung ke Puskesmas Tegalrejo yang dipilih secara random, sementara kelompok kontrol adalah 30 rumah tetangga dekat kasus yang tidak menderita ISPA dan memiliki karakteristik yang hampir sama. Pengukuran parameter kondisi fisik rumah yang meliputi luas ventilasi, suhu, kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah, masing-masing menggunakan instrumen pengukur yang sesuai dan dihitung rerata dari tiga kali pengukuran. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dari keempat parameter yang diteliti, yang berhubungan dengan kejadian ISPA adalah kelembaban (OR: 3,82; 95% CI: 1,15-12,71; p: 0,024) dan pencahayaan (OR: 4,00; 95% CI: 1,37-11,70; p: 0,009), sementara yang tidak berhubungan adalah luas ventilasi (OR: 1,80; 95% CI: 0,39-8,32; p: 0,448) dan suhu di dalam rumah (OR: 3,79; 95% CI: 0,75-10,33; p: 0,117).
     
Kata Kunci : kondisi fisik rumah, luas ventilasi, suhu rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah, ISPA 

 Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.6, No.4, Mei 2015, Hal 193 -200




Tidak ada komentar: