* JKL Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: deavitaintanpradani@gmail.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Abstract
As the medium for life
development and the place for family member to get on together spending most of
their times, a house shoud be healthy and comfortable. Unhealthy house is
closely rela-ted with the increase of ARI incidence, which is included in the
top 10 diseases among the ser-vice area of Tegalrejo Community Health Centre. A
preliminary survey held in Kelurahan Bener, showed that 39% houses were identified
unhealthy, 53% less healthy, and only 8% were healthy. This study were aimed to
determine the relationship between house physical environment condi-tion and
ARI incidence in that kelurahan by conducting a retrospective case-control
study. Mem-ber of the case group were 30 new ARI cases sought for medication to
the community health centre who were sampled randomly; meanwhile as the control
group, 30 non-ARI close neighbors who have similar characteristics with each
case were selected. The observation of the physical condition parameters, i.e.
ventilation width, and indoor temperature, humidity and lighting, was using
proper instruments and were averaged from three measurements. The results show
that the parameters under study which have significant association with ARI
incidence are: indoor hu-midity (OR: 3,82; 95% CI: 1,15-12,71; p-value: 0,024)
and indoor lighting (OR: 4,00; 95% CI: 1,37-11,70; p-value: 0,009); meanwhile,
those which are not related, are ventilation width (OR: 1,80; 95% CI:
0,39-8,32; p-value: 0,448) and indoor temperature (OR: 3,79; 95% CI:
0,75-10,33; p-value: 0,117).
Keywords : house physical condition, ventilation width, indoor
temperature, indoor humidity
indoor lighting, acute
respiratory infection
Intisari
Sebagai sarana pengembangan
kehidupan dan tempat berkumpul anggota keluarga untuk meng-habiskan sebagian
besar waktu, rumah harus nyaman dan sehat. Rumah yang tidak sehat erat
kaitannya dengan peningkatan kejadian ISPA. ISPA masuk dalam 10 besar penyakit
di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo. Hasil survei pendahuluan di Kelurahan
Bener diperoleh hasil 39 % rumah tidak sehat, 53 % kurang sehat, dan hanya 8 % yang
sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi
lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA di kelurahan tersebut dengan
melakukan studi kasus kontrol. Kelompok kasus adalah rumah 30 kasus baru ISPA
yang datang berkunjung ke Puskesmas Tegalrejo yang dipilih secara random,
sementara kelompok kontrol adalah 30 rumah tetangga dekat kasus yang tidak
menderita ISPA dan memiliki karakteristik yang hampir sama. Pengukuran
parameter kondisi fisik rumah yang meliputi luas ventilasi, suhu, kelembaban
dan pencahayaan di dalam rumah, masing-masing menggunakan instrumen pengukur
yang sesuai dan dihitung rerata dari tiga kali pengukuran. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa dari keempat parameter yang diteliti, yang berhubungan dengan
kejadian ISPA adalah kelembaban (OR: 3,82; 95% CI: 1,15-12,71; p: 0,024) dan
pencahayaan (OR: 4,00; 95% CI: 1,37-11,70; p: 0,009), sementara yang tidak
berhubungan adalah luas ventilasi (OR: 1,80; 95% CI: 0,39-8,32; p: 0,448) dan
suhu di dalam rumah (OR: 3,79; 95% CI: 0,75-10,33; p: 0,117).
Kata
Kunci
: kondisi fisik
rumah, luas ventilasi, suhu rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah, ISPA
Sanitasi, Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol.6, No.4, Mei 2015, Hal 193 -200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar