Wahyu Handoyo Putro*, Bambang Suwerda**, Sigid Sudaryanto***
* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3,
Banyuraden, Gamping, DIY 55293,
email: onimax_kyo@yahoo.com
** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
*** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Abstract
The Waste Water Treatment Plant (WWTP) at
Sewon Bantul, produces sludge as the by-pro-duct. The sludge is usually dried
in the sludge drying bed and only a small part of it is used as fertilizer.
Each year the sludge can be yielded as much as 3300 m3 and may
have negative im-pact i.e. supporting the existence of disease insect vector
and other annoying animals. One ef-fort for utilizing the sludge is use it as
a mixture of red brick production. The aim of the study was to know the
influence of the mixture variations between sludge and clay, i.e.3:1, 2:2,
1:3 and 0:4, on the pressure strength of the bricks by conducting an
experiment using post-test with control group design. As the brick control
were those made in Turi Village. From each mixture variation and control, 10
bricks were measured for their pressure strength in the construction
laboratory. Descriptively, the control
bricks had the highest pressure strength, meanwhile among the treat-ment
groups, bricks made from mixture ratio of 3:1 were the highest but had 16,9 %
reduction compared with the controls.. The results of analysis by using
independent t-test at 95 % signifi-cance level, showed that the pressure
strength among bricks of four mixture variations were significantly
different. However, the bigger the sludge was added the lower the pressure
strength will be gained. Since the highest strength among the sludged bricks
had not yet fulfilled the stan-dard issued by SII-0021-78 i.e. 25 kg/cm2,
it is recommended that the bricks made of waste water sludge not to be used
for heavy or high pressure building or dwelling construction.
Keywords : waste processing
sludge, brick pressure strength
Intisari
Instalasi
pengelolaan limbah cair (IPAL) di Sewon Bantul, menghasilkan produk samping berupa
lumpur. Selama ini lumpur tersebut dikeringkan di bak pengering dan hanya
sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai pupuk. Lumpur yang dihasilkan
mencapai 3300 m3 per tahun. Dampak negatif dari keberadaan lumpur
tersebut adalah dapat mendukung kehidupan serangga vektor penyakit dan
binatang pengganggu lainnya. Salah satu upaya untuk memanfaatkan lumpur ter-sebut
adalah menggunakannya sebagai campuran dalam pembuatan batu bata. Tujuan pe-nelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variasi campuran tanah liat dan
lumpur, yaitu 3:1, 2:2, 1:3 dan 0:4, terhadap kuat tekan batu bata yang
dihasilkan melalui eksperimen dengan rancangan post-test with control group. Adapun
sebagai pembanding adalah batu bata yang di-buat oleh pengrajin. Dari
masing-masing variasi campuran dan pembanding, diukur kuat tekan 10 batubata
di laboratorium konstruksi. Secara deskriptif, batu bata kelompok kontrol
kuat tekan-nya paling tinggi, sedangkan di antara kelompok perlakuan,
perbandingan 3:1 kuat tekannya tertinggi namun turun 16,9 % dibanding
batubata kontrol. Hasil analisis dengan uji t-test bebas pada derajat
kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa kuat tekan di antara ke empat variasi cam-puran
berbeda secara signifikan, tetapi semakin banyak campuran lumpur yang
digunakan, kuat tekannya akan semakin rendah. Karena kuat tekan batu bata
yang tertinggi di antara kelompok perlakuan masih belum memenuhi standar SII-0021-78
yaitu 25 kg/cm2, maka disarankan agar batu bata yang dibuat dengan
campuran lumpur ini tidak digunakan untuk bangunan yang ber-penghuni atau
bangunan yang memiliki berat atau tekanan yang tinggi.
Kata Kunci : lumpur pengolahan limbah, kuat tekan batubata
|
Item
type : Jurnal Ilmiah
Subject : Pengelolaan Limbah
Bibliografi
: Sanitasi, Volume 4 Nomor 1 Hal 1- 50, Yogyakarta
Posted
by : admin jurusan kesling
Posted
on : 13
Desember 2012